Manajemen Krisis Perusahaan: Kenali Tahapan-tahapannya

Facebook
Twitter
LinkedIn
Manajemen Krisis Perusahaan

Secara umum, manajemen krisis perusahaan adalah bentuk strategi dari suatu perusahaan untuk menghadapi setiap masalah yang muncul. Sementara itu, manajemen krisis menurut para ahli memiliki pengertian berbeda-beda. Misalnya saja, menurut Yosal Iriantara dalam bukunya yang berjudul Manajemen Strategis Public Relations, manajemen krisis adalah bentuk respons terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan.

Yosal Iriantara menambahkan bahwa manajemen krisis terdiri dari tiga aspek, yaitu mekanisme, dinamika, dan menjaga hubungan. Aspek mekanisme berkaitan bermula dari perencanaan hingga pelaksanaan. Sementara itu, aspek dinamika berkaitan dengan koordinasi dalam mencegah dampak negatif. Aspek menjaga hubungan berkaitan dengan hubungan yang terjalin, baik di lingkungan internal maupun eksternal perusahaan.

Baca juga : Peningkatan Cyber Public Relations Bagi Perusahaan

Tahapan Manajemen Krisis Perusahaan

Berdasarkan teori manajemen krisis, manajemen krisis perusahaan terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan tersebut berkaitan dengan cara menangani krisis perusahaan. Setiap tahapan harus terlewati dengan baik supaya masalah mudah terselesaikan. Adapun tahapan manajemen krisis adalah sebagai berikut.

1. Tahapan pra-krisis

Tahapan pra-krisis berupaya untuk mencegah terjadinya krisis. Oleh karena itu, pada tahapan ini terdapat perencanaan. Perencanaan tersebut berkaitan dengan merekrut sumber daya yang akan menjadi anggota tim untuk menangani krisis. Setelah terbentuk, tim tersebut kemudian akan menjalani pelatihan dan simulasi cara menanggulangi krisis perusahaan.

Contoh manajemen krisis pada tahapan ini bisa terlihat saat pandemi korona. Perusahaan yang tidak mempunyai manajemen yang baik pasti akan memiliki banyak masalah. Dengan adanya perencanaan yang matang, masalah yang muncul selama masa pandemi korona tentu akan mudah terselesaikan dengan cara yang efektif.

2. Tahapan respons terhadap krisis

Tahapan selanjutnya adalah merespons atau menanggapi krisis. Sebenarnya, tahapan ini bergantung pada tahapan sebelumnya. Setelah adanya perencanaan, pada tahapan ini adalah bentuk implementasinya. Oleh karena itu, sangat penting bagi perusahaan untuk memikirkan dan membuat perencanaan krisis yang matang.

Contoh manajemen krisis perusahaan pada tahapan kedua ini juga bisa kaitkan dengan masa pandemi korona. Perusahaan yang tidak siap bukan tidak mungkin akan menghentikan aktivitas produksinya. Sementara itu, perusahaan yang memiliki perencanaan yang baik bisa mengatur kondisi yang ada. Misalnya saja, perusahaan menerapkan sistem kerja dari rumah untuk sebagian karyawan yang memungkinkan bekerja dari rumah.

3. Tahapan pasca krisis

Sesuai dengan namanya, tahapan pasca krisis berarti perusahaan telah melewati permasalahan. Meskipun sudah terselesaikan, perusahaan harus melakukan evaluasi terhadap proses, baik perencaaan maupun penanganan krisis. Evaluasi tersebut dapat menjadi aset bagi perusahaan ketika mendapatkan permasalahan yang serupa di kemudian hari.

Misalnya, dalam kasus kemunculan pandemi korona, perusahaan telah menerapkan sistem bekerja dari rumah. Namun, tentunya ada kendala selama melakukan sistem tersebut, seperti komunikasi yang terhadap, pengisian daftar hadir yang tidak jelas, atau masalah lainnya. Dengan adanya evaluasi, kendala-kendala yang muncul tersebut tentunya akan terselesaikan dengan adanya solusi yang baru.

Pada akhirnya, suatu perusahaan memanglah harus bersiap dengan kemunculan suatu krisis atau permasalahan. Untuk itulah, manajemen krisis perusahaan harus dipersiapkan dengan baik. Adanya manajemen tersebut menjadikan perusahaan lebih siap dalam menghadapi krisis. Akibatnya, dampak negatif terhadap perusahaan dapat berkurang.

Dalam menghadapi krisis, perusahaan juga harus memaksimalkan sumber daya yang ada, baik yang berupa sumber daya manusia maupun teknologi. Dengan begitu, penanganan krisis akan berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Namun, yang lebih penting adalah mencegah terjadinya krisis daripada harus kesulitan menanganinya.