Strategi penetapan harga adalah kebijakan yang digunakan untuk menentukan harga jual produk. Jika perusahaan dapat menetapkan harga dengan tepat, keuntungan yang didapat tentu akan sesuai dengan ekspektasi. Meski demikian, perusahaan seharusnya tidak menetapkan harga jual produk terlalu tinggi.
Dalam menetapkannya, perusahaan dapat mengacu pada faktor penentu strategi penetapan harga produk, seperti biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya lain-lain. Kemudian, perusahaan dapat mempertimbangkan faktor pelanggan, jenis produk, target pasar, dan kompetitor sesuai dengan teori strategi penetapan harga.
Baca juga: Tahukah Anda? Ada 5 Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Mengenal Jenis Strategi Penetapan Harga Produk
Selain mendapatkan laba yang tinggi, strategi penetapan harga produk baru juga dapat membentuk citra perusahaan. Strategi ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan pasar. Di samping itu, strategi ini juga dapat menjadi stabilitas harga sehingga bisa bersaing secara sehat dengan kompetitor.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, perusahaan harus memilih strategi yang tepat. Adapun strategi-strategi penetapan harga yang bisa dipilih adalah sebagai berikut.
1. Loss Leader Pricing
Strategi ini berupa memasang harga yang lebih murah daripada harga rata-rata di pasaran pada barang-barang tertentu. Tujuan dari strategi ini adalah merangsang konsumen untuk membeli produk lain. Pasalnya, konsumen biasanya terpancing untuk melihat produk lain jika perusahaan menawarkan produk yang murah.
2. Competition-Based Pricing
Anda sering mendengar istilah harga kompetitif, bukan? Harga kompetitif menjadi bagian dari strategi yang satu ini. Penetapan harga didasarkan pada harga yang telah ditetapkan pesaing. Anda bisa menetapkan harga produk yang lebih rendah, sama, atau lebih tinggi dari produk yang dijual oleh kompetitor.
3. Dynamic Pricing
Strategi ini diterapkan sesuai dengan permintaan pasar dan pelanggan. Dengan kata lain, harga yang ditetapkan untuk produk tertentu bisa fluktuatif. Harga bisa naik atau turun sewaktu-waktu bergantung dengan jumlah permintaan pasar dan pelanggan.
4. High-Low Pricing
Perusahaan seringkali menetapkan harga jual produk yang tinggi di awal peluncuran. Namun, perusahaan menurunkan harga jual produk setelahnya atau ketika merilis produk baru yang lebih diminati. Hal tersebut berarti perusahaan menerapkan strategi high-low pricing.
5. Basing-Point Pricing
Di era seperti sekarang penjualan produk dapat dilakukan secara online. Perusahaan pun mau mengirimkan produk jualannya ke berbagai wilayah dengan tambahan biaya pengiriman sesuai titik lokasi pembeli. Strategi yang demikian disebut basing-point pricing.
6. Captive Pricing
Captive pricing dilakukan dengan menetapkan harga produk inti berbeda dengan produk pelengkap atau aksesori. Perusahaan akan menentukan harga produk ini lebih rendah daripada aksesorisnya. Setelah membeli produk inti, pelanggan bisa jadi tertarik untuk membeli aksesorisnya.
7. Skimming Pricing
Dapat dikatakan bahwa skimming pricing menjadi strategi yang bersifat spontan dan diterapkan karena keadaan. Perusahaan akan menetapkan harga setinggi mungkin untuk produk baru yang dirilisnya. Namun, perusahaan akan menurunkan harga produk dengan drastis ketika produk tersebut tidak lagi populer.
8. Penetration Pricing
Strategi ini justru berlawanan dengan strategi sebelumnya, Perusahaan akan menetapkan harga yang sangat rendah pada awal peluncuran produk. Setelah mendapat perhatian dari masyarakat luas, perusahaan akan menaikkan harga produk.
Manakah strategi yang hendak Anda terapkan di perusahaan? Pastikan Anda memilih strategi sesuai dengan kondisi perusahaan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.